Hot Posts

6/recent/ticker-posts .owl-item .active { animation: ticker 100s linear infinite; }

Kapolrestabes Makassar Hadiri Launching Super App LONTARA+ Wujud Transformasi Digital Layanan Publik

Makassar – Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, SH, SIK, M.Si, menghadiri peluncuran resmi Makassar Super App bernama LONTARA+, yang digelar di area Car Free Day (CFD) Jalan Jenderal Sudirman, Minggu pagi (27/07/2025). 

Acara ini menjadi tonggak penting bagi Pemerintah Kota Makassar dalam mewujudkan layanan publik berbasis digital secara terintegrasi.

Launching aplikasi dilakukan langsung oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, didampingi Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham. Turut hadir jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Makassar, termasuk Ketua TP PKK Melinda Aksa Mahmud, Sekda Kota Makassar Zulkifly Nanda, tim ahli Pemkot seperti Hudli Huduri dan Dara Nasution, serta Kepala Dinas Kominfo Makassar, Dr. M Roem, sebagai leading sector pengembangan aplikasi ini.

Wali Kota Makassar, yang akrab disapa Appi, menegaskan bahwa era digital saat ini menuntut pemerintah untuk hadir dengan sistem pelayanan yang lebih cepat, transparan, dan efisien. Menurutnya, LONTARA+ merupakan salah satu realisasi dari tujuh program unggulan Sapta MULIA yang diusung dirinya bersama Wakil Wali Kota.

“Alhamdulillah, dari tujuh program MULIA, satu demi satu mulai terealisasi. Salah satunya adalah peluncuran Makassar Super App atau LONTARA+ hari ini,” ujar Munafri dalam sambutannya.

Aplikasi LONTARA+ dikembangkan sebagai super platform digital yang akan menyatukan seluruh layanan publik Kota Makassar ke dalam satu genggaman. Mulai dari pengaduan masyarakat, informasi publik, perpajakan, hingga akses terhadap berbagai program Pemkot, semuanya akan terintegrasi dalam aplikasi ini.

Munafri menambahkan bahwa penyusunan blueprint LONTARA+ melibatkan masukan dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, pedagang kaki lima, guru, ibu rumah tangga, hingga lansia. Ini bertujuan agar aplikasi ini tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga relevan secara sosial dan inklusif secara budaya.

“Lontara+ bukan hanya platform digital terpadu, tetapi juga cerminan cara baru kita bekerja—lebih terbuka, lebih efisien, dan lebih mendengar,” tegasnya.

Nama LONTARA+ sendiri diambil dari aksara Lontara—warisan budaya Bugis-Makassar yang sarat makna sejarah. Penamaan ini dipilih melalui ajang kreatif EPSTA, yang melibatkan anak-anak muda Makassar.

“Nama ini bukan sekadar aksara, tapi juga simbol jati diri kita. Dengan LONTARA+, kita membawa nilai lokal ke dalam ekosistem digital modern,” jelas Munafri.

Blueprint pengembangan aplikasi ini disusun untuk jangka menengah hingga tahun 2029, mencakup visi strategis, arsitektur sistem, serta tahapan implementasi yang berkelanjutan. Diharapkan, LONTARA+ tidak hanya menjadi solusi tumpang tindih aplikasi antar-SKPD, tetapi juga menjadi basis pengambilan keputusan berbasis data secara real-time.

Munafri juga menyampaikan bahwa pihaknya akan fokus pada masa sosialisasi selama setahun ke depan, agar masyarakat terbiasa menggunakan aplikasi ini.

“Mengubah kebiasaan memang tidak mudah. Tapi kalau tidak mulai, kita tidak akan pernah maju,” ujarnya.

Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa LONTARA+ adalah milik seluruh warga Makassar. Masyarakat, komunitas, akademisi, dunia usaha, hingga media, diajak terlibat aktif dalam menyempurnakan aplikasi ini.

“Platform ini sudah fix, tapi kontennya akan terus berkembang. Jika ada ide atau kebutuhan baru, sampaikan pada kami. Lontara+ harus menjadi aplikasi milik bersama warga Makassar,” pungkasnya.